Manusia zaman modern memang aneh, teknologi semakin maju, namun kepercayaan terkadang terbelakang. Mereka masih mempercayai para dukun untuk menentukan nasibnya. Tak terbatas pada orang awam dan primitif saja, namun juga artis pengusaha, pejabat, bahkan orang akademik yang setiap hari melahap ilmu pengetahuan pun ikut-ikutan. Padahal si dukun sendiri kehidupannya biasa-biasa saja. Anehnya si dukun sering disebut "Orang Pintar". Dia memang orang pintar, tapi pintar membohongi orang. Inilah yang diistilahkan dengan "Pintar-pintar Bodoh".
Dalam keseharian, banyak para gadis yang ingin mendapatkan jodoh datang meminta petuah dukun yang kebetulan "buka praktek". Banyak pula yang justru ditipu oleh dukun, ada yang direnggut kegadisannya; harta bendanya diperas, bahkan ada yang dibunuh dengan dalih menyempurnakan ilmu sang dukun. Orang sakit parah, orang yang ingin cepat naik pangkat, cepat kaya, ingin mencelakakan orang atau ingin selamat dari gangguan orang lain, eh juga datang ke orang pintar ini. Seolah-olah orang yang disebut "orang pintar" alias dukun itu adalah orang yang serba bisa dan serba mampu mengatasi segala persoalan.
Seorang muslim dilarang keras untuk mendatangi para normal alias dukun sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-,
"Barang siapa yang mendatangi peramal, kemudian menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama emapat puluh hari" . [HR. Muslim (2230)
Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al- MinhajSyarh Shohih Muslim (14/227)]
Bahkan Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
"Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad". [HR. Ahmad dalam Musnad-nya (2/429/no.9532), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (1/8/no.15), Al Baihaqi (7/198/no.16274), dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047)
Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada Muhammad -Shollallahu 'alaihi wasallam- berikut ini,
"Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan". (QS. An-Naml: 65) [Lihar Al-Qaul Al- Mufid (hal.33), cet. Darul Aqidah].
Hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang membenarkan para dukun dan peramal, jika ia meyakini bahwa dukun atau peramal mengetahui perkara ghaib. Adapun hadits yang sebelumnya, menunjukkan tidak kafirnya orang yang membenarkan dukun atau peramal, jika ia tidak meyakini demikian, tapi ia meyakini bahwa itu adalah berita dari jin yang dicuri dengar dari malaikat. Perlu diketahui bahwa sekalipun ia tak kafir, namun membenarkan dukun adalah dosa besar yang menyebabkan pahala sholat tertolak !!
Abdur Ra’uf Al-Munawiy-rahimahullah- berkata, "Hadits ini dengan hadits yang sebelumnya tak ada kontradiksi, karena maksudnya, orang yang membenarkan dukun jika ia meyakini bahwa si dukun mengetahui perkara ghaib, maka ia kafir; jika ia meyakini bahwa jin membisikkan kepada si dukun sesuatu yang ia curi dengar dari malaikat, dan bahwa hal itu melalui wangsit (dari jin), lalu ia (orang yang datang ke dukun) membenarkan dukun dari cara seperti ini, maka ia tak kafir". [Lihat Faidhul Qodir (6/23/no.10883)]
Sebagian besar masyarakat kita yang tidak berpegang teguh kepada aqidah islam yang benar, selalu menjadikan "orang pintar" alias para normal dan dukun sebagai tempat bertanya, mengadu, tempat mencurahkan segala keluh kesah, dan tempat bersandar. Fenomena ini nampak jelas, saat pemilu, pertandingan sepak bola, pembangunan rumah dan gedung bertingkat, saat turunnya bala’, pernikahan, kehamilan, baca-baca (kenduren) dan sebagainya. Bahkan ketika Orde Baru digulirkan dan reformasi ditegakkan, para dukun atau para normal naik daun. Muncullah sejumlah ramalan tentang masa depan bangsa dan negara dikemukakan. Media masa dan televisi pun menjadikan mereka sebagai pengamat politik dan ekonomi. Mereka lebih mempercayai ucapannya para dukun dari pada ucapan Allah dan Rasul-Nya. Padahal tidak ada satu pun ucapan yang dilontarkan oleh sang dukun, kecuali ia campurkan dengan seratus kebohongan. Masih segar dalam benak kita peristiwa meluapnya lumpur panas dan ganas Lapindo sehingga memaksa masyarakat berkerut dahi sampai mereka melibatkan dukun dan para normal yang tidak mendatangkan hasil. Ini adalah musibah dan kejahilan !! La haula walaa quwwata illa billah.
Para dukun dan para normal tidaklah mengabarkan perkara ghaib, kecuali ia akan berdusta. Jika ia benar –tapi ini jarang-, maka mungkin itu hanya kebetulan atau mendapatkan wangsit dari jin yang dicuri dari para malaikat.
A’isyah -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tentang dukun (para normal). Beliau bersabda,"Mereka tidak ada apa-apanya". Para sahabat bertanya,"Wahai Rasulullah, mereka terkadang mengucapkan sesuatu yang kemudian betul-betul terjadi?. Beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menjawab," Itu adalah kata-kata yang benar, dicuri oleh jin (dari langit), lalu dibisikkan kepada wali-walinya (para dukun), lalu para dukun itu memcampurkannya dengan seratus kebohongan". [HR. Al Bukhariy dalam Shohih-nya (5762), Muslim (2228)].
Al-Imam Abu Sulaiman Al-Khoththobiy -rahimahullah- berkata, "Para dukun itu sebagaimana yang diketahui berdasarkan fakta eksperimen adalah kaum yang memiliki perasaan yang peka, hati yang buruk, dan tabiat yang panas. Mereka selalu meminta bantuan kepada jin dalam segala urusannya, dan bertanya kepada jin tentang kejadian-kejadian. Lalu jin pun membisikkan wangsit-wangsit kepada si dukun".[Lihat Fath Al-Bari (10/219), cet. Darul Ma'rifah]
Trik-trik kalimat yang sering mereka gunakan seperti : "inikan hanya ikhtiar, yang menentukan kan Tuhan". Trik-trik itu sangat "jitu" dan sangat "efektif" untuk menipu orang-orang awam muslim yang jahil (bodoh). Cukuplah bukti-bukti yang terjadi di sekitar kita menjadi pelajaran yang berharga. Berapa banyak wanita-wanita yang dicabuli, berapa banyak orang yang dikuras hartanya, berapa banyak orang yang sakit, justru bertambah parah setelah mendatangi dukun tersebut?
Dengan fakta seperti ini, masihkah kita mau mendatangi dan mempercayai para dukun? Padahal kebutuhan dirinya sendiri saja tidak dapat dia penuhi, apalagi kebutuhan orang lain. Andaikata mereka (para dukun itu) mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan di dalam perut bumi ini, sehingga mereka tidak lagi menjadi orang fakir yang kerjanya meminta-minta dan mengelabui orang lain, karena hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil .
Namun kini paradukun sudah ganti wajah. Mereka tidak mau lagi disebut "dukun". Padahal mereka tetap melakukan perdukunan, namun bersembunyi di balik sorban atau jubah mereka. Maka bertebaranlah dukun-dukun yang berkedok sebagai "kiyai" atau "ustadz", dan "orang pintar" sehingga muncullah istilah "dukun islami". Sungguh mereka adalah racun di dalam Islam. Mereka mengelabui kaum muslimin dengan lahiriah mereka, sehingga masyarakat menyangka hal itu termasuk bagian dari syariat islam. Padahal Islam sangat jauh dari hal tersebut.
Bagaimana mungkin kita mempercayai orang-orang seperti ini; dia mengaku mengetahui perkara gaib dan mampu menolak bala, padahal orang yang paling mulia di muka bumi ini, sekaligus Rasul yang paling mulia tidak mengetahui perkara tersebut. Apakah mereka (para dukun) lebih baik dari pada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-? Allah -Ta’ala- memerintahkan Rasul-Nya untuk menyatakan kepada ummatnya,
"Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al A’raf: 188)
Ahli Tafsir Negeri Syam, Al-Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata, "Allah -Ta’ala- memerintahkan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk mengembalikan segala urusan kepada-Nya, dan mengabarkan tentang dirinya bahwa ia (Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-) tidaklah mengetahui perkara gaib di masa akan datang. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah mengetahui sedikitpun diantara hal gaib itu, selain perkara yang Allah singkapkan baginya".[Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim (2/363)]
. Allah -Ta’ala- telah menyatakan bahwa tidak semua para rasul Allah perlihatkan kepadanya perkara gaib, tapi Allah memilih sebagian rasul-rasul yang diridhoi-Nya saja. Allah -Tabaraka wa Ta’ala- berfirman,
"(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya". (QS. Al Jin: 26-27)
Jadi para dukun yang mengaku mengetahui perkara gaib telah bersikap lancang terhadap Allah Yang Maha Mengetahui Perkara Gaib. Hanyalah Allah yang mengetahui perkara gaib. Tak ada makhluk yang mengetahui perkara gaib, baik ia malaikat ataupun nabi, apalagi selain keduanya. Kalaupun ada nabi atau malaikat yang tahu perkara gaib, maka itu hanyalah setitik diantara perkara gaib yang Allah wahyukan kepada mereka. Jadi, pada asalnya mereka tak tahu perkara gaib!! Nah, tentunya para normal dan dukun lebih tidak mungkin lagi mengetahui perkara gaib. Fa’tabiruu ya ulil albab…
Kami menasihatkan kepada kaum muslimin agar jangan mau tertipu oleh para dukun. Tuntutlah ilmu syar’i dan kokohkanlah aqidah kalian, karena sebab utama tersesatnya seseorang dan tertipunya dengan para dukun, karena tauhid kita kepada Allah -Ta’ala- masih belum benar, belum mantap atau belum ada sama sekali !!
Ingatlah! Allah -Azza wa Jalla- telah memperingatkan kita dalam ayat-ayat di atas dan hadits-hadits nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- agar kita jangan mendatangi dukun.
Namun jika kita tetap melanggarnya maka bacalah firman Allah -Ta’ala-,
"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan". (QS. Thohaa: 123-126).
Demikianlah tulisan ini kami tulis sebagai bentuk kepedulian kami terhadap ummat Islam di Indonesia Raya, karena melihat maraknya perdukunan, ramalan, dan paranormal dekade terakhir ini. Mudah-mudahan risalah ini bisa menyadarkan ummat.
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 39 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi : Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar