Sabtu, 30 Januari 2010

Awas Crackling Bisa Berdampak Serius

Awas Crackling Bisa Berdampak Serius
YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Menggerakkan tulang hingga berbunyi atau crackling akan berdampak serius saat usia tua, karena memicu linu-linu hingga rematik. Untuk menghilangkan aktivitas yang dalam bahasa Jawa dinamakan nyetuthi ini, bisa dilakukan dengan olah raga teratur.
Seperti dikatakan Rawan Broto, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi di RS Happy Land, crackling jangan diremehkan. Namun sayangnya, crackling sudah menjadi kebiasaan dan dianggap menyamankan tulang dan sendi yang kaku.

“Rasa enak, mantap, dan pegal yang berkurang setelah crackling sebenarnya adalah sugesti. Faktanya, crackling adalah menyebabkan trauma ringan pada tulang karena telah terjadi benturan antartulang dan pergeseran jaringan ikat,” katanya, Kamis (3/12).
Trauma ringan, lama-kelamaan menjadi radang, dan terakumulasi. Jaringan ikat pada sendi, termasuk tulang rawan yang berfungsi sebagai sekat antartulang, akan aus. Akibatnya tulang terasa ngilu jika digerakkan, bahkan juga menyebabkan rematik.
“Crackling paling banyak dilakukan pada tulang tangan, tulang jari, bagian punggung, dan leher. Dari semuanya itu, paling berbahaya adalah pada leher, karena berhubungan dengan kepala. Di leher, banyak simpul syarat dan pembuluh darah,” papar Rawan.
Rematik dan tulang yang ngilu-ngilu, tidak mungkin 100 persen dihilangkan dengan pengobatan medis. Karena itu, lebih baik sejak muda masyarakat mencegah, yakni tak membiasakan melakukan crackling. Olah raga yang teratur adalah solusinya.
“Sering joging, lari bersepeda, dan renang, adalah solusi terbaik karena membiasakan tulang dan otot bergerak sehingga tidak kaku. Jika renang sulit dilakukan rutin, paling tidak, joging dan bersepeda bisa rutin satu atau dua hari sekali,” katanya.
Biasanya, mereka yang terbisa melakukan crackling punya sifat cemas dan sulit rileks, pekerjaannya berat dan banyak berpikir, serta duduk di depan komputer. Dengan olahraga teratur, rasa cemas itu pelan-pelan akan terkurangi ujarnya.
Crackling sebenarnya tak selalu menyebabkan masalah serius, namun itu hanya jika terjadi saat tulang bergerak alamiah (fisiologis) alias tak disengaja. Misalnya saat kaki berjalan, tangan mengayun. Atau ketika berolahraga misalnya kepala menengok kiri-kanan saat berenang gaya bebas, dan kaki mengayuh pedal sepeda.
Andi (21), mahasiswa mengaku sering melakukan crackling, terutama pada jari tangan dan leher. “Waduh, nggak terhitung berapa kali sehari. Sepertinya minimal sejam sekali saya pasti melakukan. Pegal-pegal jadi hilang,” katanya.
[sumber: http://id.news.yahoo.com/kmps/20091203/tls-awas-crackling-bisa-berdampak-serius-8d16233.html]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar